Dalam logika psikologi, menghisap jempol artinya anak membutuhkan rasa nyaman. Artinya, supaya anak bisa menghilangkan kebiasaan ini, anak perlu jadi dekat dan merasa nyaman dengan orangtuanya. Kalau orangtuanya sering mengomel atau menghukum, sudah tentu anak perlu pelampiasan lain yang dirasa aman. Di sisi lain, anak mungkin juga merasa tak nyaman jika orangtua terlalu permisif dan menurut pada kemauan anak, juga jika orangtua terlalu cuek pada anak.

Alasan lain adalah karena anak butuh stimulasi. Anak2 seperti ini hanya mengisap jempol ketika dia sedang bosan dengan kegiatannya. Jika ini alasannya, orangtua perlu mengganti kegiatannya saat itu dengan kegiatan lain. Misalnya ketika anak bosan bermain balok dibentuk rumah, tunjukkan bahwa balok juga bisa dimainkan sebagai ’sayur2an’ atau membentuk bunga raksasa, dll. Atau sekaligus alihkan ke mainan / kegiatan lain lagi.
Supaya proses menghilangkan kebiasaan ini berjalan lebih menyenangkan, cobalah sambil banyak bermain dengan anak. Ketika anak tiba-tiba menghisap jempol, jangan dikomentari apapun tentang ’penghisapan jempol’ ini (semakin dikomentari, anak semakin sadar bahwa menghisap jempol dilarang, tapi dia juga semakin sulit untuk melepas jempol dari mulutnya), tapi cobalah untuk mengajak mengobrol dan bermain untuk mengalihkan perhatiannya sambil menarik perlahan jempol anak dari mulutnya, bisa dialihkan memegang benda lain. Usahakan anak tak terlalu merasa tangannya ditarik, jadi perlu sekali orangtua membuatnya merasa asyik dengan permainan atau obrolan. Semakin dia merasa tangannya ditarik, tentunya anak akan semakin menolak, dan justru jadi lebih berusaha menghisap jempolnya. 

Perlu diingat, ini tidak bisa diharapkan hanya dalam beberapa hari saja kebiasaannya sudah hilang. Mungkin akan perlu waktu mingguan bahkan bulanan agar kebiasaan ini hilang. Tapi semakin dia merasa nyaman dengan orangtua dan semakin banyak ’kesibukan’ anak, tentunya kebiasaan ini semakin menghilang.
Selamat mencoba!

(Sumber: ibu dan balita)